Sumedang di terjang gempa, Jepang lebih tanggap menangani gempa!


Source Gambar : Kompas.com

Mirisnya warga Indonesia tahun baru bersama Gempa. Beberapa warga Indonesia mengalami dampak dari gempa bumi yang melanda wilayah Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 31 desember 2023. Guncangan sebanyak dua kali dengan kekuat gempa sebesar M 4,8 dan M 2,7 menyebabkan puluhan rumah mengalami kerusakan dan ratusan warga harus dilarikan ke rumah sakit. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa gempa sumedang termasuk dalam kategori gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang disebabkan oleh aktivitas sesar aktif. Mekanisme sumber gempa ini melibatkan kombinasi pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault) dengan arah cenderung ke Utara-Selatan.

"Wilayah Sumedang merupakan kawasan rawan gempa karena lokasi yang berdekatan beberapa jalur sesar aktif seperti sesar lembang, sesar baribis, dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan." ujar Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG.

Selain di Sumedang, gempa dahsyat dengan kekuatan M 7,5 juga terjadi di Jepang pada awal 2024 di Semenanjung Noto dan dapat memicu peringatan tsunami. Meskipun memiliki kekuatan magnitudo yang lebih besar daripada sumedang, Jepang tetap lebih unggul dalam persiapan menghadapi bencana dibandingkan dengan Indonesia. Mengapa demikian?

Source Gambar : Berita.99co

Pertama, Masyarakat Jepang sendiri telah dibekali pengetahuan mengenai konsep rumah aman terhadap gempa. Hal Ini mencakup penggunaan bahan bangunan ataupun penerapan teknologi pada bangunan agar tidak berpotensi roboh akibat guncangan gempa. 

Sistem ini merupakan bagian dari upaya pencegahan dan mitigasi risiko bencana yang telah diterapkan secara luas di Jepang untuk melindungi penduduk dari potensi akan bahaya gempa bumi.

Sementara di Indonesia, banyak sekali bangunan dan infrastruktur yang kurang di rancang dengan teknologi tahan gempa terutama di wilayah sumedang. Sehingga banyak sekali kerusakan serius seperti roboh yang diakibatkan oleh gempa dan timbul risiko untuk masyarakat  dalam upaya pemulihan pascagempa.

Source Gambar : Kompas.com

Kedua, Hampir seluruh wilayah di Jepang sudah dilengkapi dengan sistem peringatan dini yang canggih hingga ke Ponsel mereka. Hal ini memberikan kesempatan kepada masyarakat disana untuk mengambil tindakan pencegahan dan evakuasi tepat waktu dan dapat mengurangi jumlah korban jiwa, serta meminimalisir kerusakan properti pribadi.

Di Indonesia, penggunaan sistem peringatan dini dianggap kurang efektif karena peralatan yang digunakan masih kurang canggih dibandingkan dengan negara jepang. Proses deteksi oleh alat gempa yang ada di indonesia cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan negara jepang, sehingga peringatan ataupun informasi tidak dapat tersampaikan dengan cepat untuk memberikan kesempatan evakuasi

Source Gambar : Kompas.com

Ketiga, setiap masyarakat di jepang diharuskan untuk mengikuti Pelatihan dan Kesiapsiagaan Masyarakat, akan kesadaran wilayahnya yang sangat rawan gempa. Mereka diajarkan untuk saling membantu, bekerja sama dalam rencana evakuasi dan memilih tempat evakuasi yang strategis.

Dan dianjurkan untuk menggunakan peralatan keamanan seperti alat pemadam api, peralatan pertolongan pertama, dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kerugian manusia, serta mempercepat proses pemulihan pascabencana.

Sementara di Indonesia, masih banyak masyarakat yang kurangnya kesadaran dan edukasi tentang pentingnya kesiapsiagaan gempa. Banyak daerah di Indonesia, terutama yang berada di wilayah pedalaman, mengalami keterbatasan aksesibilitas dan infrastruktur. 

Hal ini membuat sulitnya menyelenggarakan pelatihan secara merata di seluruh wilayah. Selain itu, terbatasnya anggaran dan sumber daya manusia dalam melaksanakan program-program pelatihan juga menjadi kendala serius.

Komentar

Postingan Populer