Universitas Budi Luhur gelar Screening Film, Ada Fiksi dan Dokumenter!

Universitas Budi Luhur menggelar acara  berupa Kegiatan Sosialisasi Tugas Akhir dan Screening Film Fiksi x Dokumenter di Ruang Theater kampus, Kamis (16/11). 

Kegiatan ini mengajak mahasiswa dari jurusan Fakultas Komunikasi dan Desain Kreatif (FKDK) yang ingin memperoleh pemahaman mendalam mengenai proses penyusunan tugas akhir, khususnya dalam bentuk karya dokumenter.

Haronas Kutanto, Kepala Konsentrasi Broadcast Journalism, menjelaskan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswa yang berminat mengembangkan tugas akhir berupa karya dokumenter. 

"Kami mengundang para produser dan sutradara dari dua karya film yang berbeda dalam kegiatan sosialisasi ini agar dapat memberikan perspektif mendalam kepada mahasiswa tentang Tugas Akhir jalur Karya Dokumenter," ungkap Haronas Kutanto. 

Screening film ini menampilkan film fiksi "Perempuan, Wanita atau Betina?" dan film dokumenter, "Mina Padi" dari tugas akhir mahasiswa Lulusan FKDK sebagai representasi perbedaan pendekatan antara pembuatan film fiksi dan dokumenter.

Sc : Instagram @cikcik.films
(Anggi Aji Saputra)

"Perempuan, Wanita atau Betina?" merupakan film fiksi yang diproduksi oleh CikCik Films, disutradarai oleh Anggi Aji Saputra, dan diproduseri oleh Raffi Tama Faza.

Anggi menceritakan bahwa ide film ini berasal dari kisah nyata seorang mahasiswi yang menghadapi kesulitan selama masa kuliahnya karena hamil muda. "Kami berusaha menggambarkan perjuangan mahasiswi tersebut melalui film ini," ujarnya.

(Raihan Ghulam Andaru)

Selain itu, Screening film ini juga menampilkan Film Dokumenter "Mina Padi" yang di Sutradarai oleh Raihan Ghulam Andaru dan Wahyu Saputra sebagai produser.

Dokumenter ini menceritakan tentang bagaimana "Mina padi" dapat memanfaatkan efisiensi lahan di wilayah Samberembe sehingga dapat berkembang disana.

Mereka membagikan beberapa kesulitan yang mereka alami saat membuat dokumenter ini. "Masalah yang kami hadapi dalam ini adalah penulisan naskah yang butuh banyak plot agar penonton mudah memahami dan mendalami cerita, dan cuaca yang menjadi tantangan kami selama proses produksi" Ujar Anggi.

"Begitupun juga dengan kami saat membuat dokumenter ini, narasumber yang kami tuju salah satunya terhambat karena COVID. Dan kami selama 3 bulan harus pulang pergi Jakarta-Jogja untuk melakukan riset dan melihat kembali perkembangan Desa Minapadi dan tumbuhannya." lanjut Raihan.

Komentar

Postingan Populer